
Tebet, Jakarta Selatan, 12820
0821-1366-9671
8.00 - 17.00
Boomenial, saat membaca atau mendengarnya mungkin anda langsung bertanya, istilah apalagi ini. Ilustrasi berikut ini akan membantu menjelaskannya. Latar belakangnya terkait perkembangan teknologi informasi dan saya yakini hal seperti ini banyak juga terjadi atau pernah dialami di tempat lain.
Kejadiannya kurang lebih begini. Saat dimana semua orang sedang demam gadget, seorang atasan yang sudah cukup senior merasa sangat kesal karena sering sekali memergoki salah satu karyawannya selalu sibuk dengan gadget-nya. Terkesan tidak bekerja, dia menduga pasti karyawan ini sedang chatting atau asyik nonton sesuatu di luar pekerjaannya di gadget-nya. Karena sudah terlalu sering, pada saat memergokinya lagi, si atasan langsung menegur karyawan tersebut, “kerja dong … jangan sibuk main gadget saja”.
Si karyawan tentu saja kaget karena ada bossnya di belakang apalagi dengan mengeluarkan ucapan seperti itu. Dia kemudian langsung berdiri, memberi salam hormat, dan sambil tersenyum menjawab, ”justru saya ini sedang bekerja pak, ada aplikasi di gadget yang membantu pekerjaan saya menjadi mudah”. Karena penasaran si atasan terus mencecar dengan pertanyaan dan meminta ditunjukkan dan dijelaskan apa yang dimaksudkan. Si karyawan dengan tenang dan percaya diri menjelaskan semua apa yang dilakukannya.
Setelah mendapatkan penjelasan lengkap, si atasan menjadi lega dan baru menyadari bahwa dirinya tertinggal banyak mengenai perkembangan teknologi informasi. Dia juga baru menyadari bahwa ada gap terkait perkembangan teknologi informasi itu antara dirinya dengan karyawan yang masih muda tersebut. Dia jadi teringat bahwa belum lama ini dia pernah membaca artikel tentang kategori generasi. Ada generasi Baby Boomer, Generasi X, Generasi Y, dan Generasi Milenial. Dia tahu bahwa dirinya adalah generasi Baby Boomer dan si karyawan tersebut adalah generasi Milenial.
Generasi Baby boomer adalah generasi yang karakteristik utamanya adalah memegang prinsip dan adat istiadat sehingga dikenal konservatif alias mempertahankan kebiasaan atau dengan kata lain “kolot”. Semua pekerjaan dan kompetensinya dikuasai melalui proses yang panjang dan dianggap sebagai “source of power”. Tidak mudah buat generasi ini untuk merubah kebiasaannya seperti halnya yang dilakukan generasi dibawahnya.
Sementara generasi Milenial merupakan generasi yang mempunyai digital intelegensia yang tinggi dan senang berkolaborasi melalui social media dan internet. Tentu saja gap atau kesenjangan ini tidak boleh diacuhkan karena bagaimanapun masa depan adalah milik generasi Milenial ini. Untuk itu si atasan ini mulai giat mencari tahu dan belajar tentang perkembangan teknologi informasi yang dapat memberi manfaat buat organisasinya. Dia ingin agar kemajuan teknologi informasi yang ada juga dapat dimanfaatkannya.
Nah, orang seperti atasan ini tentu saja perlu diberi istilah baru karena dia tidak sepenuhnya lagi hanya sebagai seorang Baby Boomer. Untuk itu saya menyebutnya sebagai generasi Boomenialalias Baby Boomer yang berperilaku Milenial. Walaupun sudah dianggap generasi senja atau sudah tua, namun pengetahuan dan kompetensi mereka tentang dunia digital tidak tertinggal jauh serta mampu mengimbangi generasi milenial dalam diskusi tentang dunia digital.
Namun tidak semua Baby Boomer siap untuk berubah seperti atasan tadi. Masih banyak dari mereka yang tetap memegang teguh karakter generasinya. Malah ada yang memaksa generasi lainnya mengikuti cara mereka dalam bekerja dan berinteraksi. Yang lebih muda tidak boleh membantah, harus menurut saja atas apa yang diperintahkan atau disuruh kerjakan. Berbagi pengetahuan atau berkolaborasi itu tidak penting. Pengetahuan merupakan modal dalam bekerja, jadi tidak perlu diketahui banyak orang. Generasi ini disebut juga Boomenial, namun bukan sebagai Baby Boomeryang berperilaku milenial, tepatnya adalah Baby Boomer yang berperilaku kolonial.
Dalam kaitannya dengan Knowledge Management (KM), teknologi KM yang digunakan harus mampu mengatasi gap antar generasi seperti yang terjadi pada ilustrasi diatas. Wisdom yang banyak dimiliki oleh Baby Boomers dan pengetahuan yang juga dimiliki oleh generasi lainnya dimanfaatkan sedemikian rupa sehingga meningkatkan pengetahuan organisasi dan individunya. Baby Boomerkolonial akan tertinggal jika mereka tidak siap menerima perubahan. Disrupsi yang sedang dan semakin intensif terjadi berdampak ke semua generasi. Tidak ada alasan buat Baby Boomer untuk tidak menyesuaikan diri, kecuali legowo untuk diasingkan atau ditinggalkan.
Kita sama-sama berharap, semoga, di tempat kita bekerja, semua Baby Boomer yang masih existmerupakan Boomenial yang milenial, bukan yang kolonial. Hal ini penting untuk memastikan terjadinya estafet generasi secara mulus dan positif terhadap perkembangan organisasi kita. Yang pasti penulis sendiri merasa sebagai Boomenial yang pertama, SELAMAT BERKARYA.
Penulis: Sapta Putra Yadi